Rabu, 17 Januari 2018

Penjualan Angsuran



PENJUALAN ANGSURAN
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan
Dosen Pengampu : Nuraeni, S. Sos., M.AB

 










Oleh :
1.      Nurul Aini (201669100022)
2.      Septian Ayu Kartika Sari (201669100031)
3.      Samsul Arifin (201669100015)
4.      Cici Dwi Septia (201669100026)


Progam Studi Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Yudharta Pasuruan
2017



KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan yang berjudul “Penjualan Angsuran”.
Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari bahwa banyak pihak yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu, membimbing, dan memberi motivasi bagi kami. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nuraeni, S.Sos., M.AB selaku dosen mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan, dan teman-teman Ilmu Administrasi Bisnis angkatan 2016.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi pemikiran bagi pihak-pihak yang membutuhkan, terutama para teman mahasiswa dan terlebih lagi bagi penyusun sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini, terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapakan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca agar dapat menjadi perbaikan untuk makalah selanjutnya.
Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
                                                                                              

Pasuruan, 16 Desember 2017

Hormat kami










DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Makalah............................................................................................... 1
BAB II Pembahasan........................................................................................................... 2
2.1 Penjualan angsuran barang tidak bergerak................................................... 2
2.2 Penarikan kembali barang yang di jual.......................................................... 4
2.3 Penyajian penjualan angsuran dalam laporan keuangan............................. 7
BAB III Penutupan........................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 12
Daftar Pustaka................................................................................................................... 13















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah pada perusahaan real estate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode initelah berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangankendaraan seperti mobil, motor; mesin; alat-alat rumah tangga dan lainnya.Bahkan pada beberapa jenis industri metode penjualan angsuran ini telah menjadikunci utama dalam mencapai operasi skala besar.
Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai dikalangan usahawan dan juga dikalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini telah meningkatkan jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagi pembelimereka merasa lebih ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang yangdicicil tersebut.
Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan meningkat, tetapi kelemahan metode ini dapat diatasi dengan meningkatnya volume penjualan perusahaan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Penjualan angsuran barang tidak bergerak.
2.      Penarikan kembali barang yang di jual.
3.      Penyajian penjualan angsuran dalam laporan keuangan.

1.3  Tujuan Makalah
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang penjualan angsuran barang tidak bergerak
2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana tentang penarikan kembali barang yang di jual
3.      Agar mahasiswa dapat mengetahui cara penyajian penjualan angsuran dalam laporan keuangan





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penjualan Angsuran Barang Tidak Bergerak
Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap seperti tanah, bangunan dan sejenisnya yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan. Biasanya pembayaran angsuran ini mempunyai tata aturan atau persyaratan sebagai berikut :
a). Adanya down payment atau uang muka
b). Pembayaran uang tunai secara periodik sebagai pembayaran angsuran
Pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran pada penjualan angsuran aktiva tetap dapat dilakukan dengan dua metode yaitu laba kotor diakui pada periode penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional sejalan dengan penerimaan kas
Contoh :
PT SENTANA perusahaan jual beli harta tak bergerak, menjual rumah kepada Hartono Rp 2.500.000. HPP rumah Rp 1.500.000 pembayaran pertama Rp 500.000. untuk menjamin keamanan pemilikan PT SENTANA & Hartono setuju untuk menghipotik sebesar Rp 2.000.000. Akte hipotik tanggal 1 september 1980, dibayar dalam jangka waktu 5 th dengan pembayaran ½ tahun @ Rp 200.000. Bunga hipotik 12% setahun, komisi dan biaya lainnya Rp 50.000 dibayar tunai oleh PT SENTANA.
Jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi-transaksi tersebut pada tahun 1980 dan 1981 dalam buku-buku PT SENTANA, menurut kedua metode tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Penjualan angsuran untuk barang tak bergerak
Transaksi-transaksi
Jurnal
Laba di akui pada periode penjualan
Laba diakui secara proposional dengan jumlah penerimaan angsuran
1 september 1980
Dijual sebuah rumah dengan harga : Rp. 2.500.000 harga pokok rumah sebesar Rp. 1.500.000

Piutang (Tn. hartono)               2.500.000
        Rumah                                  1.500.000
        Laba penjualan rumah                          1.000.000

Piutang (Tn. hartono) 2.500.000
        Rumah                               1.500.000
        Laba kotor yang
        belum direalisasi
        (deferred gross profit)                       1.000.000
Penerimaan pembayaran pertama (down payment) sebesar Rp. 500.000 dan hipotik U/K untuk saldo yang belum dibayar sebesar : Rp. 2.000.000

Kas                                     500.000
Hipotik U/K                     2.000.000
       Piutang (Tn. hartono)          2.500.000

Kas                                     500.000
Hipotik U/K                     2.000.000
       Piutang (Tn. hartono)          2.500.000
Pembayaran biaya-biaya: komisi dan pengurusan akte hipotik dan lain-lain Rp. 50.000

Ongkos penjualan                    50.000
                Kas                                50.000

Ongkos penjualan                    50.000
                Kas                                50.000
31 desember 1980
a). Bunga yang masih harus diterima atas hipotik UK. 12% untuk jangka waktu 4 bulan = (4/12 x 12% x Rp. 2.000.000 = Rp. 80.000)
b). Laba kotor yang di realisasi adalah sebagai berikut : % laba kotor  = 40% atau
   (1.000.000 x 100 %)
    2.500.000
    Penerimaan kas tahun 1980 sebesar : Rp. 500.000 (down payment). Jadi laba kotor yang direalisasi 40% x 500.000 = Rp. 200.000

Bunga hipotik yang                  80.000
akan diterima
          pendapatan bunga                80.000

Bunga hipotik yang                  80.000
akan diterima
          pendapatan bunga                80.000


laba kotor yang belum
direalisasi (defered gross
profit)                                      200.000
                realisasi laba kotor
                (realized gross profit)         200.000
Menutup rekening-rekening nominal ke rugi-laba

Laba penjualan rumah                             1.000.000
Pendapatan bunga                         80.000
                Ongkos penjualan                  50.000 
                Rugi-laba                             1.030.000


Realisasi laba kotor                  200.000
Pendapatan bunga                      80.000
                Ongkos penjualan             50.000
                Rugi-laba                         230.000
1 januari 1981:
Reversal entries untuk bunga yang akan diterima pada akhir 1980

Pendapatan bunga                        80.000
      Bunga hipotik yang akan diterima        80.000

Pendapatan bunga                        80.000                Bunga hipotik yang akan diterima   80.000
1 maret 1981 :
Diterima pembayaran angsuran hipotik sebesar Rp. 200.000 dan bunga hipotik sebesar Rp. 120.000

Kas                                          320.000  
                Hipotik U/K                    200.000
                Pendapatan bunga           120.000

Kas                                          320.000  
                Hipotik U/K                    200.000
                Pendapatan bunga           120.000
1 september 1981
Diterima pembayaran angsuran hipotik Rp. 200.000 dan bunga dari pokok hipotik Rp. 1.800.000 @ 12% untuk jangka waktu 6 bulan = Rp. 108.000

Kas                                          308.000
                Hipotik U/K                   200.000
                Pendapatan bunga          108.000

Kas                                          308.000
                Hipotik U/K                   200.000
                Pendapatan bunga          108.000
31 desember 1981
a). Adjustment bunga hipotik dari pokok : Rp. 1.600.000 @ 12% untuk jangka waktu 4 bulan = Rp. 64.000
b). Laba kotor yang direalisasi 40 % dan pembayaran angsuran yang diterima tahun 1981sebesar Rp. 400.000 atau Rp. 160.000

Bunga hipotik yang akan          64.000
Diterima
                Pendapatan bunga           64.000

Bunga hipotik yang akan          64.000
Diterima
                Pendapatan bunga           64.000


Laba kotor yang belum
Direalisasi (defered gross profit)                160.000
                Realisasi laba kotor
                (realized gross profit)                       160.000
Menutup rekening-rekening nominal ke rugi-laba

Pendapatan bunga                    212.000
                Rugi-laba                      212.000

Pendapatan bunga                    212.000
Realisasi laba kotor                  160.000
                Rugi-laba                       372.000

Apabila pembayaran angsuran hipotik dari Tn. Hartono dapat diterima sesuai dengan perjanjian yang ada, maka kedua metode pengakuan laba kotor atas transaksi penjualan angsuran tidak berakibat perbedaan jumlah “pendapatan bunga” yang diperoleh dalam setiap tahun bukunya. Akan tetapi laba (rugi) bersih yang diakui pada setiap tahun buku di antara kedua metode itu akan tetap berbeda.
Apabila laba diakui dalam periode di mana penjualan itu terjadi, maka atas transaksi penjualan rumah itu PT SENTANA akan melaporkan labanya sebesar Rp. 950.000 (Rp. 1.000.000 – Rp. 50.000) dalam tahun buku 1980 dan oleh karenanya tidak ada pengakuan laba untuk masa 5 (lima) tahun kemudian saat berakhirnya transaksi tersebut. Di lain pihak menurut metode angsuran laba penjualan rumah sebesar Rp. 950.000 akan dianggap direalisasikan sebesar Rp. 150.000 (Rp. 200.000 – Rp. 50.000) pada tahun 1980 dan Rp. 800.000 sisanya akan diakui dalam masa 5 tahun kemudian sesuai dengan jangka waktu penyelesaian transaksi masing-masing sebesar Rp. 160.000 setiap tahun.

2.2 Penarikan Kembali Barang Yang Dijual
Apabila si pembeli gagal untuk memenuhi kewajibannya seperti yang tercantum di dalam surat perjanjian penjualan angsuran, maka barang-barang yang bersangkutan ditarik dan dimiliki oleh penjual.
Dalam hal ini pencatatan, yang harus dilakukan dalam buku-buku si penjual, akan menyangkut :
-          Pencatatan pemilikan kembali barang dagangan
-          Menghapuskan saldo piutang penjualan angsuran atas barang-barang tersebut
-          Menghapuskan saldo laba kotor yang belum direalisasi atas penjualan angsuran yang bersangkutan dan
-          Pencatatan keuntungan atau kerugian karena pemilikan kembali barang-barang tersebut
Pembatalan kontrak di kemudian hari sebelum kewajiban-kewajiban pembeli diselesaikan (biasanya diikuti dengan pemilikan kembali barang-barang oleh penjual) tergantung dari perlakuan terhadap laba transaksi penjualan angsuran tersebut. Apabila kontrak dibatalkan berarti tidak seluruh laba yang diperhitungkan dapat direalisasikan. Di samping itu juga harus diperhitungkan pengaruh penurunan harga barang yang bersangkutan karena dengan demikian barang hanya dapat dijual kembali dalam bentuk bekas pakai.
Apabila dari contoh tersebut di atas, Tn. Hartono tidak dapat memenuhi kewajibannya pada tanggal 1 maret 1982, maka PT SENTANA  akan menarik kembali saldo hipotiknya sebesar Rp. 1.600.000 dan memiliki kembali rumah.
Sedang jumlah pembayaran yang telah dilakukan oleh Tn. Hartono sebesar Rp. 900.000 tidak dapat ditarik kembali dan tetap menjadi haknya PT SENTANA.
Diumpamakan penilaian kembali atas rumah tersebut pada tanggal 1 maret 1982 adalah sebesar Rp. 1.200.000 dengan demikian pencatatan pada masing-masing metode akan terlihat sebagai berikut:
Transaksi
jurnal
Laba diakui pada periode penjualan
Laba diakui secara proposional dengan penerimaan angsuran
Dimiliki kembali rumah yang dibeli Tn. Hartono dinilai kembali sebesar Rp. 1.200.000. hipotik yang berjalan ditarik kembali dengan saldo Rp. 1.600.000
Rumah                            1.200.000
Rugi pemilikan kembali       400.000
     Hipotik U/K                        1.600.000
Rumah                        1.200.000
Laba kotor yang belum
direalisasi                                      640.000
      Hipotik U/K                   1.600.000
      Laba pemilika
       Kembali                           240.000

Dalam hal ini perlu kiranya diingat bahwa bunga hipotik yang akan diterima pada akhir 1981 sebesar Rp. 64.000 harus dicatat sebagai kerugian, sebab pada tahun 1982 sama sekali tidak bisa diterima. Dengan demikian maka laba tahun 1981 harus dikoreksi kembali. Laba atau rugi pemilikan kembali pada masing-masing metode tersebut di atas, dapat dibuktikan dengan perhitungan sebagai berikut :

Laba diakui pada periode penjualan
Laba diakui secara proposional dengan jumlah penerimaan angsuran
Jumlah pembayaran yang telah diterima
Rugi karena penurunan harga :
Harga pokok            Rp. 1.500.000
Harga penilaian        Rp. 1.200.000

Laba bersih
Laba yang diakui sebelum pemilikan kembali
Laba (rugi) dalam pemilikan kembali
Rp.   900.000



(Rp.   300.000)
Rp.   600.000
Rp. 1.000.000
(Rp.   400.000)
Rp. 900.000



(Rp. 300.000)
Rp. 600.000
Rp. 360.000
Rp. 240.000

Sebagaimana halnya dengan persoalan pertukaran seperti diterangkan di muka, maka dalam pemilikan kembali barang dagangan juga diperlukan penilaian kembali harga barang yang bersangkutan. Penilaian kembali harga barang tersebut harus memepertimbangkan juga sejumlah keuntungan normal yang dapat diharapkan apabila barang itu dijual kembali.
Contoh :
Pada tanggal 1 Mei 2015 PT.Apollo menjual aktiva tetap berupa tanah dan bangunan dengan harga Rp970.000.000 kepada PT. Makmur. Tanah dan Bangunan tersebut memiliki nilai buku bersih Rp680.000.000. PT. Makmur menyerahkan uang muka pembelian sebesar Rp 250.000.000 dan sisanya akan diangsur setiap semester 4 tahun. PT. Makmur dikenakan bunga atas hutangnya sebesar 10%/tahun.
Jika setelah angsuran ke-5 PT.Apollo menyatakan tidak sanggup lagi untuk melunasi sisa angsurannya dan aktiva tersebut ditarik kembali oleh PT.Apollo, pada saat penarikan aktiva tersebut memiliki nilai pasar Rp 500.000.000. Hitunglah laba rugi kepemilikan kembali aktiva tersebut dan buat jurnal yang dibutuhkan.
Perhitungan menggunakan metode laba diakui saat penjualan
Harga jual                         :  Rp 970.000.000
Uang muka                       :  Rp 250.000.000
Piutang Angsuran                        :  Rp 720.000.000
Pokok yang sudah dibayar: (Rp 450.000.000)  = 720.000.000 : 8 = 90.000.000 x 5 = 450.000.000
Nilai buku                        :  Rp 270.000.000
Harga pasar aset               :  Rp 500.000.000
Laba pemilikan kembali   :  Rp 230.000.000
Keterangan
Jurnal
Penjualan
Kas
250.000.000
Piutang Angsuran
720.000.000
     Tanah & Bangunan
680.000.000
     Laba penjualan
290.000.000
Pengembalian
Tanah & Bangunan
500.000.000
     Piutang angsuran
270.000.000
     Laba pemilikan  kembali
230.000.000

2.3 Penyajian Penjualan Angsuran Dalam Laporan Keuangan
Penyajian informasi penjualan angsuran di dalam laporan keuangan (yang berupa Neraca dan perhitungan laba-rugi) tidak berbeda banyak seperti penyusunan laporan-laporan keuangan pada umumnya. Hanya disini, didalam neraca akan terdapat rekening “piutang penjualan angsuran” dan “laba kotor yang belum direalisasi” yang erat hubungannya dengan pelaksanaan penjualan angsuran tersebut.
Persoalan yang timbul ialah didalam kelompok atau grup rekening mana “piutang penjualan angsuran” dan “laba kotor yang belum direalisasi” itu diklasifikasikan dalam neraca.
Apabila piutang penjualan angsuran dicatat sebagai golongan aktiva lancer, maka posisinya sama dengan piutang biasa, sehingga dapat diinterpretasikan sebagai aktiva yang dapat dikonversikan menjadi uang kas dalam siklus operasi normal perusahaan (tidak lebih dari 1 tahun). Padahal untuk transaksi penjualan angsuran, realisasi piutang menjadi uang kas mungkin meliputi jangka waktu lebih dari satu tahun.
Dengan tidak menyimpang dari prinsip akuntansi yang lazim, maka “piutang penjualan angsuran” pada umumnya dapat dilaporkan sebagai golongan “aktiva lancar” dengan diberikan penjelasan tertentu sehingga jelas dan tidak menyesatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan yang bersangkutan.. Misalnya, dengan memberikan “footnote” atau melampirkan daftar piutang penjualan angsuran dengan menyebutkan tanggal dan jangka waktu piutang tersebut akan menjadi jatuh tempo.
Untuk “laba kotor yang belum direalisasi” di dalam neraca dicantumkan ke dalam salah satu dari ketiga kelompok tersebut di bawah ini :
1.              Sebagai hutang (liability) dan dilaporkan di bawah kelompok “pendapatan yang masih akan diterima” (deferred revenue)
2.              Sebagai rekening penilaian (valuation account) dan mengurangi rekening “piutang penjualan angsuran”
3.              Sebagai rekening modal dan dicatat sebagai bagian dari laba yang ditahan(retained carnings)
Laba kotor yang belum direalisasi dari penjualan angsuran biasanya disajikan dalam kelompok hutang didalam neraca sebagai “pendapatan yang masih akan diterima” (deferred revenue).
Penyajian semacam ini dilaksanakan karena penjualan angsuran sesungguhnya menaikkan posisi modal kerja perusahaan. Tetapi pengakuan tambahnya modal kerja ini harus menanti pengubahan piutang penjualan angsuran kedlam uang tunai (menanti pembayaran piutang dari langganan yang bersangkutan).
Dari laba kotor itu harus dikecualikan terhadap laba yang tidak belum dapat diakui sehubungan dengan penentuan pajak pendapatan perusahaan (pajak perseroan) atau laba yang belum bisa dibagikan sebagai deviden sampai laba dari penjualan angsuran itu benar-benar sudah direalisasikan.
Apabila demikian keadaannya, maka terhadap laba kotor yang belum direalisasi dapat dikelompokkan kedalam (merupakan perwujudan dari) 3 elemen sebagai berikut :
1.              Suatu cadangan untuk menutup biaya-biaya penagihan piutang penjualan angsuran yang belum dibayar, termasuk biaya atau beban yang timbul karena pembeli gagal melunasi kewajibannya dan berakibat pemilikan kembali oleh si penjual (defaults and repossessions.
Cadangan demikian ini harus dikurangkan dari saldo piutang penjualan angsuran.
2.              Suatu hutang atau kewjiban yang akan dibayar untuk pajak perseroan (P.Ps) sesuai dengan bagian laba kotor yang belum diakui untuk ditarik pembayaran pajaknya. Hutang pajak semacam ini tidak boleh digabung dengan saldo pajak perseroan yang telah terhutang untuk laba yang sudah direalisasi dalam periode yang bersangkutan.
Apabila laba kotor yang bersangkutan sudah direalisasi maka pajaknya diperhitungkan pada tahun buku tersebut.
3.              Sisanya merupakan laba bersih yang berasal dari transaksi penjualan angsuran tersebut. Jumlah ini dapat dilaporkan sebagai bagian dari laba yang ditahan secara khusus (special retained earning) yang tidak bisa dipakai sebagai dasar pembagian deviden sampai piutang penjualan angsuran itu direalisasikan.
Dibawah ini diberikan contoh Neraca dan perhitungan laba-rugi dimana didalam neraca untuk “laba kotor yang belum direalisasi” dilaporkan seagai pendapatan yang masih akan diterima (deferred revenue) sesuai dengan praktek yang pada umumnya digunakan.
Didalam laporan perhitungan laba-rugi disajikan secara terpisah antara hasil-hasil penjualan regular dengan penjualan angsuran. Suatu ikhtisar mengenai perhitungan realisasi laba kotor dalam tahun buku yang bersangkutan, biasanya dibuat sebagai lampiran dari laporan perhitungan laba-rugi tersebut.
CONTOH :
PT Karya Bhakti menjual barang dagangannya sebagian atas dasar kontrak penjualan angsuran untuk masa ± 3 tahun disamping penjualan secara kredit, sejak beberapa tahun terakhir. Berikut ini neraca PT Karya Bhakti pada akhir tahun buku 1980:
PT KARYA BHAKTI, SEMARANG
Neraca, per 31 Desember 1980
Aktiva
Kas                                                                          Rp. 625.000
Piutang dagang (regular)                                           Rp. 100.000
Piutang penjualan angsuran 1979             Rp. 300.000
Piutang penjualan angsuran tahun 1979   Rp.   80.000
persediaan barang                                    Rp. 600.000
Aktiva tetap lainnya                        Rp. 1.175.000
Akumulasi penyusutan      Rp.     380.000
                                                                Rp. 795.000
Jumlah aktiva                                                           Rp. 2.500.000

Pasiva
Hutang dagang                                                               Rp.    650.000
Wesel bayar                                                                   Rp.    100.000
Laba kotor yang belum direalisai thn 1979         Rp.       90.000
Laba kotor yang belum direalisasi thn 1979        Rp.       20.000
Modal saham                                                                  Rp. 1.500.000
Laba yang ditahan                                                 Rp.    140.000


Jumlah pasiva                                                      Rp.  2.500.000

Terhadap barang dagangan yang dijual atas dasar kontrak penjualan angsuran, perusahaan memperhitungkan tingkat laba kotor masing-masing 30% untuk tahun 1980 dan 25% untuk tahun 1979 dari harga jual yang bersangkutan.
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas dan dengan demikian maka dapat disusun Neraca dan laporan laba rugi, PT Karya Bhakti untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1981 sebagai berikut :

PT KARYA BHAKTI SEMARANG
Neraca, per 31 Desember 1981
Aktiva
Kas                                                          Rp.   130.000
Piutang dagang                                         Rp.   150.000
Piutang penjulan angsuran                      
Tahun 1981             Rp. 300.000
Tahun 1980             Rp. 100.000
Tahun 1979             Rp.   20.000
                                                                Rp.   420.000
Persediaan barang dagangan                     Rp.1.210.000
Aktiva tetap lainnya    Rp. 1.175.000
Akumulasi penyusutan Rp.     475.000
                                                                Rp.   700.000
Jumlah aktiva                                           Rp. 2.610.000
Pasiva
Hutang dagang                                         Rp.   600.000
Wesel bayar                                             Rp.   100.000
Taksiran hutang P.Ps                                               Rp.     26.000
Laba kotor yang belum direalisasi
Tahun 1981             Rp. 105.000
Tahun1980              Rp.   30.000
Tahun1979              Rp.     5.000
                                                                Rp.   140.000
Modal saham                                           Rp.1.500.000
Laba yang ditahan                                    Rp.   244.000

Jumlah pasiva                                          Rp.2.610.000

PT KARYA BHAKTI SEMARANG
Perhitungan Rugi-Laba untuk oeriode tahun buku 1981


Penjualan ...........................................................................................
Harga pokok penjualan :
Persediaan per 1 januari 1981 ................................... Rp.    600.000
Pembelian                                Rp. 2.500.000
Potongan pembelian Rp.    100.000
                                                                            Rp. 2.400.000
Barang yang tersedia untuk dijual                                        Rp. 3.000.000
Persediaan barang per 31 desember 1981...... ........... Rp. 1.210.000
Laba kotor penjualan..........................................................................
Dikurangi : laba kotor penjualan angsuran tahun 1981 yang belum direalisasi (lihat lampiran) ................................................................
Laba kotor yang direalisasi untuk penjualan tahun 1981
Penjualan angsuran
Penjualan reguler
jumlah

600.000






390.000
210.000

105.000
1.850.000






1.400.000
450.000

-
2.450.000






1.790.000
660.000

105.000
105.000
450.000
555.000

75.000


Ditambah : realisasi laba kotor penjualan angsuran tahun 1980 dan 1979 (lihat lampiran)

Jumlah realisasi laba kotor dalam tahun 1981..........................................................................................................
Macam-macam biaya usaha (termasuk penyusustan)...............................................................................................

Laba bersih sebelum pajak perseroan.......................................................................................................................
Pajak perseroan 26%.................................................................................................................................................

Laba bersih setelah P.Ps...........................................................................................................................................

630.000
500.000


130.000
26.000


104.000


PT KARYA BHAKTI, SEMARANG
Lampiran: perhitungan rugi-laba untuk periode tahun buku 1981
Realisasi laba kotor penjualan angsuran
 


Tingkat laba kotor untuk penjualan angsuran 1981:
Laba kotor       x   100%  =  210.000  x  100%  =                                                   35%R
                                  Hasil penjualan                       600.000
Laba kotor yang belum direalisasi untuk penjualan angsuran tahun 1981:
Piutang penjualan angsuran                                                                         Rp. 600.000
Penerimaan pembayaran dalam tahun 1981                                                Rp. 300.000
Saldo per 31 Desember 1981                                                                      Rp.  300.000
Laba kotor yang belum direalisasi (35% x 300.000)                                                                                      Rp. 105.000

Realisasi laba kotor tahun 1981  


Penerimaan pembayaran piutang penjualan angsuran..................................
% laba kotor penjualan angsuran ...........

Laba kotor yang direalisasi .....................
1981
1981
1979


300.000
35%


200.000
30%


60.000
25%

105.000

60.000

15.000











BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap seperti tanah, bangunan dan sejenisnya yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan.
Apabila si pembeli gagal untuk memenuhi kewajibannya seperti yang tercantum di dalam surat perjanjian penjualan angsuran, maka barang-barang yang bersangkutan ditarik dan dimiliki oleh penjual.
Dalam hal ini pencatatan, yang harus dilakukan dalam buku-buku si penjual, akan menyangkut : Pencatatan pemilikan kembali barang dagangan, Menghapuskan saldo piutang penjualan angsuran atas barang-barang tersebut, Menghapuskan saldo laba kotor yang belum direalisasi atas penjualan angsuran yang bersangkutan dan, Pencatatan keuntungan atau kerugian karena pemilikan kembali barang-barang tersebut.
Penyajian informasi penjualan angsuran di dalam laporan keuangan (yang berupa Neraca dan perhitungan laba-rugi) tidak berbeda banyak seperti penyusunan laporan-laporan keuangan pada umumnya. Hanya disini, didalam neraca akan terdapat rekening “piutang penjualan angsuran” dan “laba kotor yang belum direalisasi” yang erat hubungannya dengan pelaksanaan penjualan angsuran tersebut.








DAFTAR PUSTAKA
Yunus, Hadori.2013.Akuntansi Keuangan Lanjutan.Yogyakarta:BPFE





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tips cepat menghafal pelajaran

ada beberapa cara cepat untuk menghafal pelajaran ala pesantren berikut kita jelaskan : 1. kita harus dalam keadaan suci, karena dengan k...